Untuk
meneliti kegelapan di kedalaman lautan, manusia memerlukan alat modern. Pada
kedalaman lebih dari 20-30 meter, manusia tidak akan mampu menyelam tanpa alat
bantu.
Sedangkan, pada kedalaman 200 meter, manusia tidak akan
mampu bertahan hidup. Kegelapan lautan juga memiliki dua penyebab, seperti
dijelaskan dalam buku 'Alquran vs Sains Modern menurut Dr Zakir Naik' karya
Ramadhani dkk.
Penyebab
pertama, sinar cahaya terdiri dari tujuh warna seperti pada pelangi, yaitu
ungu, nila, biru, hijau, kuning, oranye, dan merah. Cahaya akan mengalami
pembiasan ketika menabrak air.
Warna merah akan diserap air pada kedalaman 10-15 meter.
Pada kedalaman 30-50 meter, warna oranye akan diserap. Selanjutnya pada
kedalaman 50-100 meter, warna yang diserap ialah kuning.
Sementara warna hijau akan diserap pada kedalaman 100-200
meter dan warna biru akan diserap pada kedalaman 200 meter. Sedangkan warna
ungu dan nila akan diserap pada kedalaman lebih dari 200 meter.
Warna akan hilang secara berangsur-angsur pada
masing-masing lapisan kedalaman. Semakin dalam lautan akan semakin gelap, dan
kegelapan total dapat ditemukan pada kedalaman lebih dari 1.000 meter.
Penyebab kedua, timbulnya lapisan kegelapan di bawah
awan. Hal ini disebabkan karena sinar matahari diserap oleh awan. Lapisan gelap
ini merupakan lapisan pertama dari kegelapan.
Sinar akan dipantulkan oleh gelombang ketika mencapai
permukaan laut, sehingga memunculkan efek mengilap. Gelombang inilah yang
menyebabkan kegelapan karena memantulkan cahaya.
Ada dua bagian yang menyebabkan cahaya tidak dapat
menembus kedalaman laut. Bagian pertama yaitu permukaan. Bagian ini ditandai
dengan cahaya serta suhu yang hangat.
Bagian kedua yaitu bagian dalam laut yang ditandai dengan
kegelapan. Bagian dalam dan luar laut dipisahkan oleh gelombang.
Gelombang bagian dalam laut menutupi perairan dalam laut
dan samudera karena perairan dalam memiliki kerapatan yang lebih tinggi
dibandingkan perairan di atasnya. Kegelapan mulai terjadi di bawah gelombang
dalam laut. Bahkan, ikan yang berada di laut yang dalam tidak dapat melihat dan
satu-satunya sumber cahaya berasal dari tubuh mereka sendiri.
"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam,
yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan;
gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya,
tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya
(petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun," Surah
An-Nur Ayat 40.
Prof Durga Rao, seorang ahli geologi kelautan yang juga
profesor di Universitas King Abdul Aziz, Jeddah mengatakan bahwa manusia normal
tidak akan mampu menjelaskan fenomena ini dengan sangat detail pada 1.400 tahun
lalu.