Kamis, 31 Desember 2015

Nobar tausiyah cinta, langkah awal menuju janji suci

DALAM rangka mendukung perfilman Indonesia bertema Islam, Komunitas Husna Production, Sehati Bertauhid dan Relawan Sahabat Tauhid (RST) Daarut Tauhiid Jakarta bekerja sama dengan Bedasinema dan Matasinema, akan mengadakan nonton bareng film Tausiah Cinta, Ahad (09/01/2016) mendatang di bioskop XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta.

Kegiatan ini bukan hanya sekadar nonton bersama, namun menekankan pada value added oleh komunitas Sehati Bertauhid, yaitu disediakan fasilitas ta’aruf dengan membuka Drop Box CV pada saat kegiatan berlangsung.

Acara ‘100 Hari Menuju Janji Suci’ ini menyediakan 300 tiket untuk pemuda dan pemudi dengan usia 18-40 tahun. Selain itu akan diadakan jumpa artis Tausiyah Cinta bersama Rere, pemeran tokoh Rein dan Ustadz Hilman Rosyad.

Annisa Yulianasari, ketua Sehati Bertauhiid menyatakan, tujuan diadakan program ini untuk memberikan jalan bagi umat dalam menyempurnakan separuh agama sesuai syariat Islam.

“Jadi program ini kami namakan ‘100 Hari Menuju Janji Suci’, sebuah program yang diprakarsai oleh pembina kami, Ustad. Hari Sanusi, dimana nanti peserta yang mengumpulkan CV Ta’aruf akan melalui proses-proses pembinaan, ta’aruf, dan persiapan menuju pernikahan, dalam waktu 100 hari saja, insya Allah,” terang Annisa dalam keterangan kepada Islampos, Kamis (31/12/2015).

Dikutip dari situs bedasinema.com meski judulnya ‘Tausiyah Cinta’, film ini bukan tentang roman picisan, jodoh-jodohan, apalagi khalwat-khalwatan. Tapi film ini mengangkat arti cinta itu sendiri sebagai hubungan vertikal antara seorang hamba dengan Tuhannya. Romantisme seorang sahabat yang saling mengingatkan kepada Allah, saling menunjukkan jalan saat tersesat, saling tegur saat melenceng, saling memperbaiki diri dan merangkul pada kebaikan.

Husna Production dan Sehati Bertauhiid merupakan komunitas ladang amal di bawah organisasi Relawan Sahabat Tauhiid dalam payung Daarut Tauhiid Jakarta. Husna Pro bergerak di bidang dakwah melalui media digital kreatif dan film pendek islami.

Sedangkan Sehati Bertauhiid bergerak di bidang dakwah yang mewadahi umat islam untuk membangun pernikahan sakinah mawaddah warahmah dengan tagline #ayonikahindah. Sementara komunitas lain seperti Mabit Tauhiid, PIN BaKu, TEKAD, PeKa, Hijabisy, IQI, Hijabisy, TEN, Tasqut, STF, FYD, dan Dzikrul Maut yang berada di dalam organisasi yang sama, mendukung penuh dalam pelaksanaan kegiatan ini.

Acara Nobar ini didukung oleh segenap komunitas kerohanian islam, remaja masjid dan kepemudaan di Jakarta, antara lain STF, RISKA, YI-LEAD, FUSI UBL, MTXL, QGEN, Pejuang Subuh, TDAK, KUTUB, ODOJ, STIFIn Community, Basmala-UB, dan Bandar Wisata. Bekerja sama juga dengan media partner Islampos.com, AntiLiberalNews.com, DiaryPernikahan.com, sahabattauhid.com, dan ayonikahindah.com.

Sumber :
https://www.islampos.com/nobar-tausiyah-cinta-langkah-awal-menuju-janji-suci-242346/

Jumat, 04 Desember 2015

Lomba MOMI (Mom & Me Selfie)


Assalamualaikum wr wb


Apa kabar sahabat muslimah fusi..
Semoga kita semua masih didalam lindungan-Nya aamiin ya rabbal alamin..

Sebentar lagi Hari ibu dan kalian bingung ingin ngasih apa untuk membuktikan bahwa kalian sayang ibu kalian ?
Wah kebetulan sekali lohhh

Dalam rangka menyambut hari ibu & Seminar muslimah Fusi UBL Roxy ,yuk ikuti lomba MOMI (Mom & Me Selfie)

Dengan cara dibawah ini :
 1. Follow akun instagram @fusi_UBL ,twitter @FusiUBL dan like Fans Pages fb : Pages FUSI UBL Roxy.
2. Upload foto bersama ibu di instagram
3. Berikan caption terbaik, sertakan hashtag #MomiFusi
4. Tag fotomu ke instagram @fusi_ubl
5. Penilaian dilakukan saat foto sudah di repost @fusi_ubl
6. Batas upload sampai 18 Desember 2015
7. Pengumuman pemenang 19 Desember 2015 via Instagram @fusi_ubl
8. Pemenang akan diundang dalam acara kajian muslimah Fusi Ubl
9. Dan Menangkan hadiah yang sangat menarik dari lomba ini

Kapan lagi kita bisa ikut lomba yang mudah tapi mendapatkan hadiah yang sangat menarik dan bisa diundang untuk hadir ke acara seminar (jika menang), yuukk buruan daftar dan ikuti lomba MOMI

Organized by : FUSI UBL ROXY

CP informasi : Eliza 0812-8942-0890

Kaian Muslimah Akbar : "Perjalanan Hijrahku"

Assalamu'alaykum wr wb...

“(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan ijin Tuhan (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa, Maha terpuji.” (QS Ibrahim : 1)

Kamu Muslimah yang sedang mencari hidayah?, ingin mengetahui cara berhijrah menjadi muslimah yang baik ?, atau ingin mendengarkan kisah hijah Inspiratif dari narasumber terbaik ?  Tenaaaang.....

Muslimah FUSI Budi Luhur Roxy Proudly Present :

Kajian Muslimah Akbar

Dengan Tema :
Perjalanan Hijrahku

Menghadirkan pembicara terbaik :
1. Peggy Melati Sukma
(Inspirator Hijrah Muslimah, Penulis Buku)

2. Ressa Rere
(Pemeran Kairena Zahra dalam film "Tausiyah Cinta")

Catat waktu dan tempatnya yah...

In Syaa Allah dilaksanakan pada :
- Hari/Tanggal: Ahad, 20 Des 2015
- Pukul: 08.00-12.00
- Lokasi : Masjid At Taqwa Kemanggisan
Jl. Sakti IV/8 Komplek Pajak Kemanggisan, Palmerah - Jakarta Barat

 HTM :
- Mahasiswa / Pelajar 15rb
- Umum 20rb
- On The Spot : 25rb

Format daftar: KAMUS#Nama#AsalKampus/Sekolah#No. Hp

Kirimkan melalui SMS/WA ke: 081288000192 (Sarah)

Fasilitas yang di dapat:
- Ilmu Yang Bermanfaat
- Teman Baru
- Snack
- Hiburan
- Aneka Bazar
- Doorprize Menarik

Ikuti Pula Lomba MOMI (Mom & Me Selfie), dan dapatkan hadiah menarik.
Informasi & Pendaftaran Lomba :
Eliza 0812-8942-0890

Organized By :
Forum Ukhuwah & Studi Islam (FUSI) - Universitas Budi Luhur Roxy

Supported By :
- One Day One Juz (ODOJ)
- @KaosKite
- De Aster Hijab
- Mocasakha
- Yayasan Forum Tunas Bangsa (Fortuna)

Official Media :
www.fusiubl.blogspot.com
Fanspage Fb : Pages Fusi Ubl Roxy
Twitter : @FusiUbl
IG : @fusi_ubl
-------------------------------------------------

Rute ke Masjid At Taqwa kemanggisan :

Dari central park : naik Metromini 92 ➡ turun di depan Mesjid Attqwa Kemanggisan
Dari Tanah Abang/depan slipi jaya : naik kopaja P16 ➡ turun di depan Mesjid Attaqwa Kemanggisan
Dari slipi Jaya : naik angkot 24 ➡ turun di depan Mesjid Attaqwa Kemanggisan
Naik Motor : ikutin jalan dr tn. Abang, ambil arah slipi jaya. Lurus terus kearah kemanggisan, terus ambil arah tomang.

Jumat, 16 Oktober 2015

SWISS FUSI 2015

SWISS ? Pertama mendengar kata itu pasti orang akan tertuju pada suatu negara dibelahan benua eropa sana. Tapi bukan itu yang dimaksud... SWISS ini merupan singkatan dari Studi Wisata Islam Super Seru. Ya Super Seru! Acara yang pertama kali dilaksanakan di kampus budi luhur roxy ini di inisiasi oleh teman-teman FUSI UBL Roxy ini akan dikonsep sebaik mungkin bertujuan untuk menggali potensi jiwa kepemimpinan para mahasiswa. Karena menjadi pemimpin adalah hal yang wajib bagi semua orang, terutama menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.

Sebagai umat muslim kita harus menjadi pemimpin yang dicintai Allah SWT & manusia, hal ini dapat diraih dengan meneladani sifat-sifat kepemimpinan Rasulullah SAW yang merupakan pemimpin terbaik sepanjang masa.

Zaman telah berubah, kejayaan islam sudah menanti didepan mata, diperlukan kesiapan yang baik bagi diri sendiri untuk menghadapi berbagai perubahan yang menuntut manusia untuk selalu bertaqwa, berkaya dan berprestasi.

Dengan mengenal alam, mengenal Allah SWT, mengagungkan ciptaan-NYA, maka manusia dapat mengenal dirinya sendiri, sehingga lebih mudah untuk memimpin dan dipimpin. Dan untuk tema SWISS pada tahun 2015 adalah “A Journey to Find My Soul” dengan tema tersebut kami memiliki tujuan untuk : Setiap peserta memiliki motivasi untuk selalu belajar tentang islam, menumbuhkan jiwa kepemimpinan, mensyukuri nikmat Allah SWT dengan menyusuri keindahan alam ciptaanNYA, mempunyai fisik yang kuat dan sehat, sehingga dapat menjadi penerus (kaderisasi) anggota FUSI UBL Roxy.

Kegiatan SWISS 2015 ini Insyaa Allah akan dilaksanakan pada tanggal 14-15 November 2015 akan mengambil tempat di Wahana perkemahan Curug Naga Mega Mendung, Bogor – Jawa Barat. Kegiatan ini mengambil konsep outdor bernuansa Islami dan tetap pada koridor kegiatan melatih dasar kempemimpinan para peserta.

Pelatihan dasar kepemimpinan bertujuan menumbuhkan rasa percaya diri pada para peserta untuk menjadi pemimpin, metode yang digunakan yaitu teori (maateri) yang akan dibawakan oleh ustadz yang kompeten. Selain materi metode yang digunakan adalah games & outbond, dimana peserta dapat langsung mengasah & mempraktekkan ilmu kepemimpinan yang sudah didapatkan.

Acara yang gak kalah serunya yaitu rihlah / treking curug dimana peserta akan berjalan menyusuri sungai dan akan berakhir di curug naga, rihlah ini bertujuan untuk melatih kekuatan fisik dan juga untuk ajang bertafakur bahwa adanya kuasa Allah SWT dalam menciptakan keindahan alam yang begitu sempurna, sehingga peserta mendapatkan ilmu baru dan tentunya sangat bermanfaat serta dapat meningkatkan keimanan sehingga mampu menjadi pemimpin yang kuat Iman, Islam, pengetahuan & Fisiknya.

Untuk kalian mahasiswa Universitas Budi Luhur Roxy, yang bosan dengan aktifitas yang monoton & ingin menggali potensi kepemimpinan diri, segera daftarkan diri kamu di acara SWISS FUSI 2015 ini. Selain menjadi ajang silaturahim bagi mahasiswa acara ini juga dapat meningkatkan kualitas diri sebagai muslim dan tentunya kamu akan mendapatkan pengelaman yang tak terlupakan. Peserta terbatas, Segera Isi formulirnya disini http://goo.gl/AJJTsr

Salam Belajar, Bekerja & Berdakwah

@hadiutsman

Minggu, 20 September 2015

8 Hal Yang Terlalaikan di Bulan Qurban


1. MELALAIKAN SYARI’AT QURBAN

Banyak diantara kaum muslimin yang kurang merespon ibadah qurban ini, padahal dia mampu untuk melakukannya. Qurban merupakan salah satu syi’ar Islam yang disyari’atkan dalam Al Qur’an, As Sunnah, dan ijma’ para ulama. Allah berfirman:“Maka Shalatlah karena Rabb-mu dan sembelihlah qurban” ( Al Kautsar :2)
Banyak sekali hadits-hadits yang menunjukan tentang diyari’atkannya untuk berqurban pada iedul Adha, juga perkataan para ulama’.
Ibnul Qoyyim Rahimahullah berkata; “Menyembelih hewan qurban pada waktunya, lebih utama dari pada sedekah dengan uang senilai harga hewan tersebut. Oleh karena itu jika ada orang yang bersedekah dengan uang yang bernilai jauh lebih besar dibanding harga kambing denda (dam) –karena melaksanakan ibadah haji yang didahului oleh ibadah umrah yang juga dilakukan pada masa haji (haji tamattu’)- dan melaksanakan umrah sekaligus dengan ibadah haji dalam satu prosesi (qiran)- maka sedekah tersebut tidak bias menggantikan dam. Demikan pula halnya dalam hal berqurban”. Tetapi banyak kaum muslimin yang melalaikan syari’at ini. Lebih fatal lagi apabila mereka lebih senang merayakan hari raya lainnya yang tidak disyari’atkan, seperti perayaan tahun baru masehi kemarin, tetapi justru meninggalkan apa yang disyari’atkan untuk merayakannya.

2. SATU BINATANG BISA UNTUK SATU KELUARGA

Terkadang saat ini banyak kaum muslimin yang salah dalam hal ini. Mereka meniatkan qurban satu hewan untuk satu orang. Misalnya; tahun ini satu kambing untuk suami, kemudian tahun depan satu kambing lagi, untuk istri, untuk anaknya, dan demikian seterusnya.
Padahal seekor kambing cukup untuk satu orang dan keluarganya. Seekor sapi danonta mencukupi buat tujuh orang dan keluarga mereka sehingga bisa untuk bersekutu. Dikatakan oleh ‘Atha bin Yasar; aku bertanya kepada Ayyub Al Anshari: “Bagaimana hewan-hewan qurban dimasa Rasulullah SAW ?”
Dia menjawab; “Adalah seorang pria berqurban untuk dirinya dan keluarganya” (Riwayat Tirmidzi (1565), dengan sanad hasan)

3. LARANGAN MEMOTONG KUKU, RAMBUT, DAN KULIT BAGI YANG HENDAK BERQURBAN

Jika telah masuk bulan Dzulhijah, maka yang harus dijauhi oleh orang yang hendak berqurban untuk memotong rambut, kuku, serta kulitnya meskipun hanya sedikit, hingga ia selesai melaksanakan penyembelihan qurban. Hal ini berdasar hadits Ummu Salamah, Nabi bersabda: “Jika kalian melihat hilal Dzulhijah (dalam lafadz lain: telah tiba sepuluh awal Dzulhijah) dan salah satu kalian ingin berqurban, maka hendaklah ia biarkan rambut dan kukunya” (Riwayat Muslim dan Ahmad)
Dalam lafadz lain: “Maka janganlah ia mengambil rambut dan kulitnya sedikitpun”
Hukum ini hanya berlaku untuk orang yang berqurban, dan hukum ini berkaitan dengan orang yang berqurban, karena Nabi menyatakan;”Dan salah satu kalian ingin berqurban”, Nabi tidak menyatakan;”Ingin berqurban untuknya”. Nabi juga berqurban untuk keluarganya dan tidak ada keterangan beliau juga memerintahkan yang demikian pada keluarganya. Maka bagi keluarga yang berqurban boleh ia memotong rambut, kuku dan kulitnya.
Jika ada orang yang melanggar hal ini maka kewajibannya hanya bertaubat kepada Allah dan berniat untuk tidak mengulanginya, tidak ada kaffarat baginya.


4. MEMBERI TANDA HEWAN QURBAN

Menandai hewan qurban merupakan salah satu sunnah Rasulullah , hal ini dinyatakan dalam sebuah hadits:“Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Shalad Dzuhur di Dzil Hulaifah, kemudian beliau minta dibawakan ontanya, lalu diberinya tanda pada bagian punuknya yang sebelah kanan dan ia keluarkan darah darinya dan dikalunginya dengan dua terompah (sandal), kemudian beliau naik ke kendaraannya. Maka tatkala kendaraan yang membawa Nabi telah sampai di Baida’ Nabi Ihram untuk haji” (Riwayat Muslim, Ahmad, Abu dawud, dan Nasa’i)
Inilah sunnah yang sering terlupakan oleh kaum muslimin saat ini. Memberi tanda hewan qurban dengan mengalunginya dengan dua sandal bukan satu sandal, dan melukai punuk sebelah kanan untuk onta dan sapi mungkin suatu hal yang aneh saat ini, tetapi inilah sunnah yang dicontohkan Rasulullah.

5. MENAIKI HEWAN KURBAN

Termasuk sunnah Rasulullah adalah menaiki hewan qurban kita, bila kita berqurban onta atau sapi, hal ini berdasarkan sebuah hadits:
“Rasulullah melihat seorang laki-laki menuntun badanah-nya. Nabi bersabda, “Tunggangilah”. Laki-laki itu berkata; “Ini adalah badanah (onta untuk qurban).”Nabi bersabda; “Tunggangilah.” Laki-laki itu berkata; “Ini adalah Badanah.” Dan pada kedua atau ketiga kalinya Nabi menambahkan, “Tunggangilah, celaka kamu”. (Riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah )
Dalam hadits lain dinyatakan: “Dan dari Ali , sesungguhnya ia pernah ditanya tentang (hukum) seseorang yang menaiki binatang qurban? Maka ia menjawab: “Tidak mengapa, sebab Nabi pernah berjalan bersama orang-orang yang berjalan kaki lalu menyuruh mereka supaya menaiki hewan qurbannya.” Ali berkata pula: “Tidak ada sunnah yang paling baik yang patut kamu ikuti selain sunnah Nabimu “ (Riwayat Ahmad)

6. YANG BERQURBAN MENYEMBELIHNYA SENDIRI

Adalah lebih utama bagi orang yang berqurban untuk menyembelihnya sendiri dan tidak mewakilkannya. Meskipun kita juga dibolehkan untuk mewakilkannya. Bila kita mewakilkannya maka kita tidak boleh mengupahnya dari hewan qurban tersebut, tetapi harus kita beri upah sendiri. Hal ini berdasarkan sebuah hadits:
“Dari Ali: Nabi memerintahkan aku untuk mengawasi (penyembelihan) Budn (Hewan qurban) dan tidak memberikan apapun kepada tukang jagal (sebagai upah menyembelih)” (Riwayat Bukhari)
Jadi jika kita tidak menyembelih sendiri hewan qurban kita, maka tidak boleh kita memberikan bagian dari hewan qurban kita tersebut sebagai upah, kepada penyembelihnya.

7. MAKAN BERSAMA

Satu lagi sunnah yang banyak terlupakan adalah makan bersama. Hal ini terjadi karena banyak diantara kaum muslimin yang mewakilkan kepada panitia qurban. Padahal termasuk sunnah adalah makan bersama yang diambil sebagian dari masing-masing binatang qurban.
Yang terjadi di masyarakat justru tidak demikian, yang makan bersama adalah para panitia Qurban, karena pemilik kurbannya tidak datang. Dan daging yang dimasak pun tidak diambil sebagian dari tiap-tiap binatang qurban, tetapi mereka memotong satu atau dua ekor dari binatang kurban titipan tersebut lalu mereka memasaknya untuk makan bersama. Hal ini bertentangan dengan sebuah hadits:
“Dalam hadits Jabir tentang sifat hajinya Nabi SAW (dikatakan): “Kemudian Nabi pergi ke tempat penyembelihan, lalu beliau menyembelih 63 badanah (onta/sapi)yang dilakukannya sendiri, kemudian ia menyerahkan sisanya kepada Ali untuk disembelih. Dan beliau bersekutu dalam qurban itu, kemudian beliau menyuruh dari masing-masing binatang kurban itu untuk diambil dagingnya lalu dimasukan di periuk dan dimasaknya, lalu Nabi SAW dan Ali makan (bersama) daging tersebut dan meminum kuahnya” (Riwayat Muslim dan Ahmad)

8. LARANGAN MENJUAL SESUATU DARI HEWAN KURBAN

Saat ini banyak kaum muslimin, terutama para panitia kurban yang menyelewengkan hal ini. Mereka menjual bagian dari binatang kurban, karena kesulitan mendistribusikannya.
Menjual kulit binatang kurban adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh sebagian kaum muslimin padahal ini dilarang.
“Dari Ali,bahwa Nabi meme
rintahkan agar dia mengurusi budn (benatangqurban) beliau, membagi semuanya, dagingnya, kulitnya, dan jilalnya (kepada orang-orang miskin). Dan dia tidak boleh memberikan satupun (dari qurban itu) kepada penjagalnya (Riwayat Bukhari, Tambahan dalam kurung riwayat Muslim)
Pada riwayat yang lain disebutkan, Ali berkata: “Rasulullah memerintahkanku, agar aku mengurusi onta-onta qurban beliau, menshadaqahkan dagingnya, kulitnya, dan jilalnya. Dan agar aku tidak memberikan sesuatupun (dari qurban itu) kepada tukang jagalnya. Dan beliau bersabda: “Kami akan memberikan (upah) kepada tukang jagalnya dari kami” (Riwayat Muslim) 

Wallahu A’lamu Bish Shawwab,…..

Kamis, 03 September 2015


Tauhid adalah sesuatu yang sudah akrab di telinga kita. Namun tidak ada salahnya kita mengingat beberapa keutamaannya. Karena dengan begitu bisa menambah keyakinan kita atau meluruskan tujuan sepak terjang kita yang selama ini yang mungkin keliru. Karena melalaikan masalah tauhid akan berujung pada kehancuran dunia dan akhirat.

Yuuk cari tahu bagaimana arti pentingnya Tauhid bagi diri kita sebagai seorang muslim, dengan menghadiri NGAMPUS (Ngaji At Kampus) yang akan di selenggarakan oleh Forum Ukhuwah & Studi Islam (FUSI) Universitas Budi Luhur Roxy. Insyaa Allah Akan dibawakan oleh Ustadz Zulkarnain pada hari sabtu, 5 September 2015 mulai Pukul15.30 sampai dengan pukul 17.45 WIB di Ruang 4.3 Kampus UBL Roxy.

Ditunggu kehadirannya ya Sob.. ^_^
Salam
Belajar, Bekerja & Berdakwah

Senin, 17 Agustus 2015

Indahnya Halaqoh..





Indahnya Halaqoh
dari sebuah lingkaran pribadi bisa membentuk karakter luar biasa. saling mendukung dalam kebaikan dan saling menasihati mencegah kegagalan

indahnya halaqoh...
merajut cinta dalam naungan iman menjadi sebuah kekuatan amal kebaikan. obat dari kegalauan kesedihan dan lemahnya iman.

indahnya halaqoh...
bersatu dalam barisan pemburu surga dari segala strata. mahasiswa, pekerja, orang tua, dan semua jenjang usia bersatu dalam barisan pejuang agama. Pemburu Surga

Indahnya halaqoh...
saling memotivasi mengamalkan bait demi bait alqur'an dan sunnah. memperbaiki yang salah tanpa menghujat yang salah. menjauhi ghibah tak berkecimpung dalam fitnah.

Indahnya halaqoh...
menghormati perbedaan madzhab fiqh. tidak taqlid dalam sebuah pemikiran. karena muslim satu dengan muslim lain ibarat satu tubuh.

indahnya halaqoh..
persaudaraan tanpa batas wilayah. jauh atau dekat tetap terajut dalam ikatan ukhuwah. bersama melangkah meraih ridho allah. hingga berkumpul di jannahNya.

Indahnya halaqoh...
mengajarkan berfikir peradaban. menjauhi ke egoan. karena sebaik baik muslim ialah yang bermanfaat untuk kemaslahatan. hebat, kuat, dan smart buat lingkungan. membuktikan islam rahmat lil a'lamin

Indahnya halaqoh...
menjadikan dakwah sebagai agenda utama. apapun profesinya dakwahlah tujuannya. tiadak ada hari tanpa agenda dakwah

sobat Fillah.... berbahagialah menjadi satu diantara pejuang sejati yang istiqomah dalam lingkaran dakwah. berbanggalah menjadi arsitek arsitek pradaban madani. kemenangan dakwah adalah sebuah keniscayaan maka jadilah selalu play maker dalam menjemput kemenangan itu.
sobat fillah... ingatlah pula, kita bukan lah malaikat yang tak pernah melanggar perintah allah. kita bukan lah anbiya yang ma'shum dari dosa. kita hanyalah manusia yang berusaha mengikuti rosulullah. jangan jadikan kesalahan seseorang menjadikan diri keluar dari lingkaran halaqoh karena masih sangat begitu banyak kebaikan dalam lingkaran halaqoh yang indah ini. berbahagialah wahai ayyuhal ikhwah kelak kita berkumpul di jannahNya. :)

HU

Kamis, 06 Agustus 2015

Dalam Dekapan Ukhuwah


Seorang kawan bertanya dengan nada mengeluh.

"Di mana keadilan Alloh?”, ujarnya.
"Telah lama aku memohon dan meminta pada-Nya satu hal saja.
Kuiringi semua itu dengan segala ketaatan pada-Nya.
Kujauhi segala larangannya.
Kutegakkan yang wajib.
Kutekuni yang sunnah.
Kutebarkan shodaqoh.
Aku berdiri di waktu malam.
Aku bersujud di kala dhuha.
Aku baca kalam-Nya.
Aku upayakan sepenuh kemampuan mengikut jejak Rosul-Nya.
Tapi hingga kini Alloh belum mewujudkan harapanku itu.
Sama sekali.”

Saya menatapnya iba. Lalu tertunduk sedih.

“Padahal,” lanjutnya sambil kini berkaca-kaca, “Ada teman yang aku tahu ibadahnya berantakan. Wajibnya tak utuh. Sunnahnya tak tersentuh. Akhlaknya kacau. Otaknya kotor. Bicaranya bocor. Tapi begitu dia berkata bahwa dia menginginkan sesuatu, hari berikutnya segalanya telah tersaji. Semua yang dia minta didapatkannya. Di mana keadilan Alloh?”

Rasanya saya punya banyak kata-kata untuk menghakiminya.
Saya bisa saja mengatakan, “Kamu sombong. Kamu bangga diri dengan ibadahmu. Kamu menganggap hina orang lain. Kamu tertipu oleh kebaikanmu sebagaimana Iblis telah terlena! Jangan heran kalau do’amu tidak diijabah. Kesombonganmu telah menghapus segala kebaikan. Nilai dirimu hanya anai-anai beterbangan. Mungkin kawan yang kau rendahkan jauh lebih tinggi kedudukannya di sisi Alloh karena dia merahasiakan amal sholihnya!”
Saya bisa mengucapkan itu semua. Atau banyak kalimat kebenaran lainnya.

Tapi saya sadar.
Ini ujian dalam dekapan ukhuwah.
Maka saya memilih sudut pandang lain yang saya harap lebih bermakna baginya daripada sekedar terinsyafkan tapi sekaligus terluka.
Saya khawatir, luka akan bertahan jauh lebih lama daripada kesadarannya.
Maka saya katakan padanya, “Pernahkah engkau didatangi pengamen?”

“Maksudmu?”

“Ya, pengamen,” lanjut saya seiring senyum. “Pernah?”

“Iya. Pernah.” Wajahnya serius. Matanya menatap saya lekat-lekat.

“Bayangkan jika pengamennya adalah seorang yang berpenampilan seram, bertato, bertindik, dan wajahnya garang mengerikan. Nyanyiannya lebih mirip teriakan yang memekakkan telinga. Suaranya kacau, balau, sengau, parau, sumbang, dan cemprang. Lagunya malah menyakitkan ulu hati, sama sekali tak dapat dinikmati. Apa yang akan kau lakukan?”

“Segera kuberi uang,” jawabnya, “Agar segera berhenti menyanyi dan cepat-cepat pergi.”

“Lalu bagaimana jika pengamen itu bersuara emas, mirip sempurna dengan Ebiet G. Ade atau Sam Bimbo yang kau suka, menyanyi dengan sopan dan penampilannya rapi lagi wangi, apa yang kau lakukan?”

“Ku dengarkan, kunikmati hingga akhir lagu,” dia menjawab sambil memejamkan mata, mungkin membayangkan kemerduan yang dicanduinya itu. “Lalu kuminta dia menyanyikan lagu yang lain lagi. Tambah lagi. Dan lagi.”

Saya tertawa.

Dia tertawa.

“Kau mengerti kan?” tanya saya.
“Bisa saja Alloh juga berlaku begitu pada kita, para hamba-Nya. Jika ada manusia yang fasik, keji, munkar, banyak dosa, dan dibenci-Nya berdo’a memohon pada-Nya, mungkin akan Dia firmankan pada malaikat: “Cepat berikan apa yang dia minta. Aku muak dengan mendengar ocehannya. Aku benci menyimak suaranya. Aku risi mendengar pintanya!”

“Tapi,” saya melanjutkan sambil memastikan dia mencerna setiap kata, “Bila yang menadahkan tangan adalah hamba yang dicintai-Nya, yang giat beribadah, yang rajin bersedekah, yang menyempurnakan wajib dan menegakkan sunnah; maka mungkin saja Alloh akan berfirman pada malaikat-Nya: ‘Tunggu! Tunda dulu apa yang menjadi hajatnya. Sungguh Aku bahagia bila diminta. Dan biarlah hamba-Ku ini terus meminta, terus berdo’a, terus menghiba. Aku menyukai do’a-do’anya. Aku menyukai kata-kata dan tangis isaknya. Aku menyukai khusyu’ dan tunduknya. Aku menyukai puja dan puji yang dilantunkannya. Aku tak ingin dia menjauh dari-Ku setelah mendapat apa yang dia pinta. Aku mencintainya.”

“Oh ya?” matanya berbinar. “Betul demikiankah yang terjadi padaku?”

“Hm… Pastinya, aku tidak tahu,” jawab saya sambil tersenyum. Dia agak terkejut. Segera saya sambung sambil menepuk pundaknya, “Aku hanya ingin kau berbaik sangka.”

Dan dia tersenyum. Alhamdulillah.

***
Dikutip dari Buku 'Dalam Dekapan Ukhuwah' karya Salim A. Fillah.

Berubahlah karena-NYA, bukan karenanya..

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radhiyallahu’anhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang)

Tulisan ini akan saya mulai dengan kisah dua orang teman saya. Sebut saja yang satu si Fulan dan satunya lagi Fulanah (karena memang kedua orang ini berlawanan jenis kelamin). Alkisah, dalam satu periode yang cukup singkat, jatuh cintalah si Fulan pada Fulanah yang aktivis dan shalihah ini. Memang begitu adanya. Fulanah adalah aktivis semasa sekolahnya dulu, seorang yang tidak hanya memegang satu amanah, tapi dua tiga atau lebih amanah dalam satu periode. Yang membuatnya tambah memikat adalah wajahnya yang terkenal cantik dan pribadinya yang supel serta rendah hati. Mudah sekali untuk bisa dekat dengan Fulanah. Fulanah juga memiliki hafalan Quran yang tidak sedikit hingga gelar ‘penghafal terbaik’ disabetnya saat wisuda sekolahnya.

Begitulah, pada akhirnya si Fulan jatuh hati. Terpikat pada setiap pesona Fulanah yang tidak biasa, yang sudah sangat langka ditemui di tengah-tengah populasi manusia, terutama wanita, yang semakin terdegradasi moralnya. Tapi, apa daya, keduanya baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas ketika si Fulan menyadari perasaannya. Ia tahu, tidak ada kata pacaran dalam kamus si Fulanah, pun itu juga prinsip yang diajarkan keluarga dan sekolahnya padanya. Maka, yang tersisa hanya kata menikah. Cinta itu cukup adanya tersimpan dalam hati dan dirinya. Ia bahkan mau –dan mungkin mampu berbuat apapun untuk si Fulanah. Tapi ia juga tahu tidak akan ada yang merestui dari kedua pihak keluarga untuk pernikahan yang terlalu terburu-buru, terlebih lagi Fulan bukanlah anak pertama, ia masih memiliki kakak yang juga belum menikah. Maka, atas asas cinta yang tak pernah terucap, ia mempersiapkan diri untuk menjemput Fulanah suatu ketika nanti. Untuk mengejar apa-apa yang pernah diraih oleh Fulanah, si Fulan berusaha pula mendapatkannya. Mulai dari berorganisasi, yang kini ia lebih aktif. Nyantri sebagai santri kalong di salah satu pondok tahfidz di sekitar kampusnya demi menyamai hafalan yang dimiliki oleh Fulanah. Ia mau –dan mungkin mampu berbuat apapun untuk mensejajari langkah Fulanah.

Dua semester kuliah hampir terlewati dengan kondisi Fulan yang prima, merasa berada di puncak semangatnya, hingga kabar itu datang. Kabar yang disampaikan langsung oleh Fulanah ketika keduanya berkesempatan untuk bertemu. Ada seorang lelaki mapan datang melamarnya, memintanya untuk mendampinginya hingga akhir hayatnya. Dan besar kemungkinan Fulanah akan menerima lamaran tersebut. Maka, terhitung sejak hari itu hingga berhari-hari ke depannya, semangat si Fulan untuk mengaji Quran perlahan-lahan luntur. Organisasi pun satu per satu ia tinggalkan. Ia menghilang dari peredaran kampus. Warnet menjadi markas besarnya, satu-satunya tempat yang menurutnya mampu membantunya melupakan realita, bahwa orang yang dicintainya sebentar lagi akan menjadi istri orang.

Itu kisah seorang teman saya. Terkait kisah ini saya pernah bertanya pada seorang teman –yang lebih tua dan lebih dewasa daripada saya, waktu itu saya bertanya, ‘Dari cerita teman saya itu, Kak, sebenarnya siapa yang salah?’ Beliau terdiam sebentar, lalu menjawab, ‘Tidak ada yang salah. Tapi tidak ada yang benar juga. Ibaratnya begini, kalau ada orang yang menaruh gelas di meja, lalu ada yang menyenggol dan jatuh, siapa yang salah menurutmu?’ Kami terdiam, tidak ada yang menyahut hingga teman saya itu berkata lagi, ‘Tidak ada yang bisa disalahkan, karena yang menaruh gelas salah mengapa tidak ditaruh lebih ke tengah, yang menyenggol juga salah mengapa tidak berhati-hati. Sama dengan orang yang jatuh cinta. Maka, jatuh cinta itu sebaiknya jika sudah menikah saja, jadi usaha apapun yang kita lakukan untuk pasangan kita, memang itu yang diridhai oleh Allah’.

Kembali ke teman saya si Fulan tadi, kalau merujuk kata-kata mentor saya suatu ketika dalam halaqoh pekanan beliau berkata, ‘seharusnya jika semua sudah ditujukan pada Allah, tidak ada kata kecewa’. Dan begitu juga seharusnya si Fulan, juga kita, yang mungkin saja masih menujukan apa-apa yang kita lakukan bukan untuk-Nya, bukan untuk Sang Khaliq. Saya tidak dapat mengatakan Fulan salah karena ia berniat berubah untuk mensejajari Fulanah, karena isi hati orang siapa yang tau. Yang kami, teman-temannya sayangkan adalah mengapa ia berhenti dari berubah menjadi lebih baik saat tahu orang yang dicintainya tak mampu ia nikahi. Apakah itu berarti semua usahanya hanya untuk Fulanah saja?
Mungkin memang begitu adanya orang yang hatinya telah jatuh pada kecintaan duniawi, cinta pada wanita yang belum ada kehalalan baginya, mengusahakan apa-apa yang ditujukan pada wanita, tapi lupa bahwa adanya wanita tersebut adalah karena Allah menghendakinya, kesempurnaan wanita tersebut adalah karena kesempurnaan penciptanya.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang lebih baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14)
Mungkin memang begitu adanya, sebagaimana yang telah Allah firmankan, bahwa apa-apa yang diinginkan oleh anak Adam akan selalu terlihat indah di matanya. Ia jatuh bangun mengusahakan apa yang diinginkannya, memperjuangkannya, terkadang bahkan dengan menggunakan cara-cara yang tidak diridhai Allah, dan mungkin juga niat yang tak tertuju pada Allah. Padahal Allah lah yang menciptakan apa-apa yang diinginkan oleh anak Adam.
“…Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”

Mungkin memang begitu adanya, jika menukil sabda Rasulullah saw., yang mengatakan bahwa amalan itu sesuai dengan apa yang ia niatkan. Andaikata Fulan berhijrah –dari dirinya yang dulu menjadi dirinya yang lebih baik hari itu–ia tujukan segalanya untuk Sang Khaliq, Sang Maha Memiliki Cinta, maka mungkin, Allah akan mengganti apa yang ia cintai –namun tidak bisa ia dapatkan–dengan sesuatu yang menurut Allah lebih baik untuknya. Karena jika semua sudah ditujukan untuk Allah, seharusnya tidak ada kata kecewa, sekalipun yang sangat diinginkannya tidak mampu ia dapat.

Mungkin memang begitu adanya, bahwa anak Adam seringkali angkuh terhadap Tuhannya. Merasa dirinya mampu mendahului takdir-Nya, padahal takdir dan rencana Allah selalu indah, hingga ia lupa bahwa setiap apa yang ia lakukan ada campur tangan Sang Pembuat Takdir. Merasa dirinya mampu mencurangi takdir hingga membuat istilah yang diwajar-wajarkan padahal tak pernah Rasulullah mencontohkannya, menolak untuk membangun rumah tangga, menolak untuk menyempurnakan separuh diin-nya dan memilih untuk bermain-main dengan api, itu mungkin yang disebut dengan ‘pacaran’?
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat : 56)

Mungkin memang begitu adanya, bahwa kita seringkali lupa, hidup ini bukan untuk apa-apa selain untuk beribadah kepada-Nya. Sudah jelas ayatnya, sudah jelas dijabarkan alasannya Allah menciptakan insan yang tak memiliki ilmu–kecuali karena diberi pengetahuan oleh-Nya–ini. Kita lalai akan alasan penciptaan kita, dan justru mengejar apa-apa yang diciptakan, bukan Sang Pencipta. Mengejar makhluk, bukan Sang Khaliq. Padahal, jika Sang Khaliq mampu kita gapai, apalagi yang kita butuhkan selain Dia? Sementara jika makhluk kita gapai, apakah ia mampu menjamin kedekatan kita dengan Sang Khaliq?
Maka, berhijrahlah, berubahlah karena-Nya, bukan karenanya …




Rabu, 05 Agustus 2015

Berhijrah dengan Berhijab

Kali ini saya tertarik ikut menyuarakan pendapat mengenai hijab yang benar, telah banyak kalangan ulama sekelas Prof. Quraish shihab hingga masyarakat awam ikut mengemukakan komentar baik negatif atau positif mengenai hijabers yang saat ini sedang tren di masyarakat khususnya yang masih muda, bahkan banyak dari kalangan artis yang memutuskan berhijrah mengenakan hijab.

“…… dan hendaklah menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya ….” (QS. An-Nur:31)

Sahabat.. Tujuan Allah menyuruh seorang muslim berhijab ialah untuk kebaikan perempuan sendiri, pada hakikatnya yang bisa kita maknai dalam An-Nur:31 bahwa berhijab itu untuk menutup aurat bukan membungkus, ketahuilah hakikat menutup ialah membuat bentuk sesungguhnya tidak terlihat namun realita saat ini banyak kita temukan di masyarakat bahwa perempuan yang memakai jeans ketat dengan kaos ketat pula dan memakai jilbab yang digulung menjulang keatas, nah hal seperti ini bukan menutup aurat namun membungkus aurat sehingga bentuk –bentuk lekukan tubuh masih nampak, hal ini masih dianggap sebagai kewajaran saya kira jika tujuannya memakai seperti itu adalah awal ketika ia hijrah menuju yang lebih baik dan dilakukan bertahap sehingga tidak dicela oleh temannya, namun jika hal tersebut dijadikan fashion yang memang tujuanya mengikuti tren dan agar laki-laki tertarik padanya maka saya sangat tidak setuju perempuan berpakaian seperti itu.

Allah SWT menjelaskan bahwa dalam masyarakat ada laki-laki yang memang keimanannya lemah sehingga ketika melihat pemandangan yang menakjubkan, hasratnya akan muncul, apalagi jika pemandangannya adalah sesuatu yang tidak lazim dilihatnya, perpaduan busana yang seolah dilihatnya muslimah namun juga ia dapat menikmati keindahan tubuh perempuan tersebut.
Hal ini akan berbeda pula jika yang nampak di depannya adalah seorang perempuan dengan kerudung menjuntai serta yang menundukan pandangannya dan sopan, maka orang yang lemah imannya itu tidak akan berani memandangnya secara jelas atau bahkan melakukan sesuatu seperti mengajaknya berkenalan misalnya.

Dalam ayat ini Allah SWt berfirman kepada rasul-nya,
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrim, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian ini supaya mereka lebih mudah untuk dikenali karena itu mereka tidak diganggu…..” (QS Al-Ahzab: 59)

Imam Asy-Sya’rawi dalam bukunya “Suami Istri Berkarakter Surgawi” menjelaskan hendaknya seorang wanita itu mengetahui baik-baik bahwa sesungguhnya agama Islam dengan mensyariatkan hijab itu bertujuan untuk menjaganya dan memberikan jaminan keamanan pada masa tuanya ketika ia mulai diliputi rasa putus asa, karena perasaan shock yang pertama kali akan dialami perempuan ialah pada masa kecantikannya mulai sirna. Kecantikan seorang wanita akan sirna seiring bertambahnya usia, ketika perempuan itu tidak berhijab maka akan sangat terlihat ketika ia menua, dan tabiat laki-laki yang menikahi perempuan tidak berhijab saya yakin akan berpaling dan mencari wanita lagi yang masih enak ia pandang.

Dengan demikian, Allah SWt yang telah mewajibkan para pemudi untuk berhijab, sesungguhnya adalah untuk menjaga mereka ketika muda sebagaimana Dia bermaksud menjaga mereka sesuai dengan tingkat konsistensi mereka dalam berhijab pada saat lanjut usia. Wallahu a’lam.


Pentingnya Pembinaan & Kaderisasi

Berbicara tentang dakwah kampus adalah berbicara tentang kegiatan mulia berupa dakwah dalam lingkup kampus. Ada yang berpersepsi bahwa dakwah kampus merupakan kumpulan orang-orang atau mahasiswa bercelana cingkrang, berjenggot panjang, kucel dan lain sebagainya. Atau jika ia perempuan akan terpatri dalam persepsi seseorang, wanita berjilbab besar yang hampir menyentuh tanah, kalau jalan nunduk kayak orang nyari uang jatuh, dan tak mau bergaul dengan lawan jenis. Masih ada yang berpikir demikian? Semoga tidak kawan. Itulah persepsi lama, persepsi orang yang masih belum tahu menahu tentang dakwah kampus, kecuali sedikit saja. Mungkin kita perlu membenahi pola pikir kita, jika kita masih memiliki persepsi demikian.

Tak akan membahas lebih jauh tentang hal itu. Yang akan saya paparkan di sini adalah pentingnya pembinaan kader (baru) dalam suatu lembaga, khususnya lembaga dakwah kampus. Di mana orang-orang di dalamnya merupakan mereka yang berusaha menjadi baik dengan cara berkumpul dengan orang baik. Yang berusaha menjadi orang yang senantiasa terjaga dalam kebaikan, dengan berusaha mengikuti para pemimpinnya dalam berbuat kebaikan. Yang menginginkan pembelajaran organisasi, dengan melihat pemimpinnya berdiskusi dan beradu opini. Di antara mereka, ada yang masuk dengan latar belakang aktivis di sekolahnya, namun ada pula yang dari lingkungan pesantren, bahkan ada yang masuk hanya dengan alasan sertifikat penambah nilai. Beragam orang dengan beragam karakter dan latar belakang. Oleh karena itu, pembinaan dengan pemahaman karakter menjadi salah satu jalan menjaga mereka dengan lebih efektif.

Aktivis, yang saya pesepsikan sebagai mereka yang mewakafkan diri dalam jalan dakwah kampus. Merupakan orang-orang yang telah ikhlas tanpa bayaran, mau dengan sukarela menapaki jalan terjal nan berliku ini. Mereka dengan semangat menjalankan setiap aktivitas yang diembankan kepadanya. Namun kadang ada terlupakan oleh para pemimpin dalam lembaga ini. Adalah kondisi batin, ruhiyah para kader yang mulai terabaikan. Ekploitasi fisik dan fikir maksimal tanpa nutrisi ruhiyah yang optimal. Sungguh tak adil.
Perlu kita ingat, yang para aktivis (baru) inginkan dalam lembaga ini adalah pembelajaran keagamaan dan keorganisasian. Maka, ketika hanya sisi keorganisasian yang diasah, sementara sisi kerohanian dibiarkan, maka pembentukan kader EO (Event Organizer) itu telah berhasil. Namun, para pemimpin ini sebenarnya telah gagal, telah gagal membina jiwa kader yang jelas menjadi dasar kelemahan semangat, penyebab mudahnya para aktivis futur dalam masalah, ngilang di tengah jalan, atau yang lain. Mudah galau-galau-an, mudah menyebar isu negatif dan terpengaruh isu tersebut, dan kadang dengan mudahnya berdebat dengan sesama yang tak ada artinya. Itu yang lebih jauh.

Bagaimana mau menyampaikan dakwah ketika diri sendiri tak ada suplai ilmu tentang dakwah dan atau keagamaan itu sendiri. Bagaimana mau menyampaikan kalau tak ada bahan dalam pikiran. Bagaimana mau mengubah orang jika tak mau mengubah diri sendiri.

Perlu kesadaran kedua belah pihak, pemimpin maupun para kader baru yang sedang dipimpin. Kader harus berinisiatif mencari sedangkan pemimpin aktif dalam memberi. Namun sekali lagi, penekanan tetap kepada para qiyadah (ada yang menyebutnya demikian untuk para pemimpin). Mengapa? Karena pemimpinlah yang lebih tahu medan dakwah, mereka yang berpengalaman, dan mereka yang tahu mau dibawa kemana lembaga tersebut sehingga harus mengarahkan kader kemana. Sehingga pemimpin tahu, seharusnya ke manakah para kader itu diarahkan. Karena memang salah satu bukti pemimpin itu sejati adalah kemampuan melahirkan pemimpin setelahnya. Kaderisasi berjalan. Pembinaan adalah salah satu jalannya. Pembinaan adalah jalanmu membentuk duplikatmu, bahkan orang yang lebih baik darimu, wahai para pemimpin. Pembinaan adalah amal bagimu, menjadi pemberat timbangan baikmu, insya Allah. Kalau saja pemimpin terdahulu tak melakukan fungsi ini, mungkin kondisi kita berbeda. Jika Rasulullah tak membina para Sahabat, yakinkah kita Islam akan mendunia? Jika dulu H.O.S Tjokroaminoto tak membina Bung Karno, belum tentu Indonesia merdeka pada tahun 1945, meskipun itu tetap menjadi kehendak Allah Subhanah Wata’ala.

Dakwah tanpa pembinaan bagaikan keluarga bahagia tanpa anak. Tak ada yang meneruskan, tak ada yang mewarisi ideologi keluarga itu. Oleh karena itu, teruslah bergerak, teruslah menebarkan semangat kebaikan dan perbaikan. Selalu ingat bahwa “Barangsiapa yang menolong agama-Nya, maka Dia akan menolongmu dan mengukuhkan kedudukanmu” dan tetaplah dalam barisan teratur, yang senantiasa dicintai oleh Allah SWT. Serta jadikan pembinaan sebagai salah satu langkah membuat perubahan. Insya Allah


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/05/16/68639/pentingnya-pembinaan-kader/#ixzz3i0fF4t7p 

Kamis, 30 Juli 2015

Dr. Fidelma, Masuk Islam Setelah Meneliti Posisi Sujud


Wanita asli Texas yang berprofesi sebagai Professor Neurosains di Universitas Texas ini, telah menemukan kedamaian dalam Islam. Dr. Fidelma, yang juga sebagai seorang Dokter Neurologi di sebuat rumah sakit di AS, terpukau ketika melakukan kajian terhadap syaraf-syaraf di otak manusia. Satu hal yang membuat dia terpukau adalah ketika mengetahui  terdapat beberapa urat syaraf manusia yang tidak dimasuki darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan suplai darah agar bisa berfungsi secara normal.

R. FIDELMA O’Leary mendapatkan penghargaan Woman of Spirit tahun 2012. Ia adalah seorang Professor Biologi di Universitas St. Edward di Austin, Texas, Amerika Serikat.
Setelah mengadakan penelitian dengan seksama dan memakan waktu yang lama, Dr. Fidelma akhirnya mendapati kenyataan bahwa urat-urat syaraf di otak itu tidak dimasuki darah kecuali bila seseorang sedang shalat, yakni ketika posisi sujud. Ternyata urat syaraf itu memerlukan darah hanya beberapa saat saja, yakni ketika seseorang shalat.
Sekarang Dr. Fidelma membuka klinik, “Pengobatan dengan Al-Qur’an.” Dia terus mengkaji pengobatan Islami dan memberikan pengobatan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan apa saja yang dianjurkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Misalnya, dengan berpuasa, madu, habbatussauda (jinten hitam), minyak zaitun, dan sebagainya.
Allah SWT berfirman: “Dan apabila kamu menyeru untuk mengerjakan shalat, mereka menjadikannya (shalat itu) sebagai ejek-ejekan dan permainan. Yang demikian itu ialah karena mereka suatu kaum yang tidak berakal,” (QS. Al Maidah: 58). [moeflich]
Sumber : https://www.islampos.com/dr-fidelma-masuk-islam-setelah-meneliti-posisi-sujud-136249/

Jumat, 24 Juli 2015

Syayma, Sebuah Mahkota Untuk Orangtuanya

Saat masih duduk di kelas XII, dia punya mimpi yang -mungkin- hanya bisa menjadi bahan tertawaan: menghafal Al-qur’an satu juz sehari. Bermodal doa, keyakinan, dan kerelaan untuk melakukan perubahan ekstrem: tidur setengah jam sehari! Dia membuktikan bahwa tak ada yang mustahil jika Allah mengizinkan hal itu terjadi. Dia mengantongi sertifikat hafidzah sebelum ijazah SMA dia terima.
Kini, mahasiswi Fakultas Kedokteran semester 6 ini adalah juragan kerudung dengan omset 15-20 juta per bulan. Infaq rutin yang dia keluarkan setiap bulannya berada pada angka tiga juta! Bukan hanya itu, dia adalah satu diantara 43 penerima beasiswa aktivis nusantara dari seluruh indonesia. Kini, dengan segala aktivitas dan pencapaiannya, dia masih sempat menjadi Wakil Ketua Umum sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa tingkat kampus.
Mau tahu bagaimana ADK (Aktivis Dakwah Kampus) yang baru saja menginjak 21 tahun tepat sembilan hari yang lalu ini mendapatkan berbagai pencapaiannya di usia semuda itu?
Yuk mari, belajar banyak dari seorang ADK luar biasa bernama Syayma Karimah.
Berawal dari menjadi bahan tertawaan sampai ke jajaran penghafal Al-Qur’an
Sepertinya akan seru kalau kita memulai kisah keberhasilan Syayma ini dari perjuangan dia menjadi seorang hafidzah. Bagaimana dia memulai segalanya?
Ceritanya, Syayma dulu menghabiskan masa SMP di sebuah boarding school, dimana di sekolah tersebut ada program untuk menambah hafalan Al-Qur’an. Target hafalan yang biasanya diselesaikan oleh para siswa disana adalah 3 juz.
Namun karena tidak semua murid mempunyai kemampuan yang sama dalam membaca dan menghafal Al-Qur’an, maka dibuatlah pembagian kelompok. Ada tiga kelompok saat itu, yakni kelompok tahsin,tahfizh reguler dan takhossus.
Kelompok tahsin adalah kelompok dengan grade paling bawah, yang mana anak-anak di kelompok tersebut harus mendapat bimbingan ekstra karena bacaannya masih perlu diperbaiki. Anak-anak yang yang masuk di dalam kelompok tahfizh reguler adalah mereka yang menghafal 5 baris sehari, dan anak-anak yag berada pada kelompok takhossus adalah mereka yang menghafal satu halaman per hari.
Anda tahu, calon bu dokter ini masuk ke kelompok mana?
Syayma, dia masuk ke kelas tahsin! Grade paling rendah dari tiga grade yang ada saat itu. Tapi bukan Syayma namanya kalau nggak ngeyelan. Dengan Pede nya, dia menuliskan di sebuah kertas bahwa dia akan masuk ke kelompok takhossus. Bukan cuma itu, dia menarget dirinya sendiri untuk bisa menyetor hafalan satu halaman per hari (nggak tahu diri banget ya, padahal cuma masuk kelompok tahsin, udah lagak jadi anak takhossus. Hehe). Praktis, dia menjadi bahan tertawaan bagi beberapa rekannya yang lain.
Dengan doa dan keyakinan yang tinggi, impian Syayma terwujud! Dia berhasil masuk ke kelompok takhossus dan lulus SMP dengan mengantongi hafalan 7 juz. Hebat ya.
Selepas dari SMP, Syayma melanjutkan ke SMA di yayasan yang sama, SMAIT Al Kahfi. Sewaktu di SMA, semangatnya justru menurun. Apa sebab? Jadi selama di SMP, dia terbiasa menghafal bersama rekan-rekannya. Tapi begitu masuk SMA, rekan-rekan yang selama ini menadi partner menghafalnya ini ternyata pindah sekolah. Ditambah persaingan menghafal yang tidak se-ketat di SMP, Syayma kini berada di titik terjenuh dalam perjalanannya menghafal Al-Qur’an. Seolah-olah semangat dan modal “nggak tahu diri” nya yang dulu dia miliki kini menghilang begitu saja.
Di tengah-tengah spiritnya yang semakin kendur itu, Syayma teringat akan orang tuanya. Hanya satu yang dia fikirkan saat itu: dia ingin memakaikan jubah dan mahkota kemuliaan untuk orangtuanya di syurga. Fikiran itu muncul di kelas XII, sebuah masa –yang kita ingat sendiri- apa yang kita lakukan di saat-saat itu. Belajar, ujian, belajar, ujian lagi! Itu saja aktivitas rutin anak-anak kelas XII. Iya kan?
Maka sekali lagi, inilah hebatnya Syayma. Saat yang lain berfikir “gimana caranya memaksimalkan waktu agar bisa lulus ujian dengan nilai terbaik?” Syayma justru berfikir “gimana caranya di sisa w aktu ini bisa menyelesaikan hafalan Al-Qur’an”.
Lantas apa yang dia lakukan?
Saat saya menulis biografi tentang diriya ini, berkali-kali dia menekankan agar tidak mencantumkan kejadian ini. Dia tidak ingin orang lain menganggap dia sebagai robot atau manusia super yang bisa melakukan hal-hal mustahil. Tapi saya katakan kepada dia, cerita ini harus ditulis, agar orang-orang di luar sana mengerti bahwa tidak ada yang mustahil selama kita mau dan Allah mengizinkan. Maka, jangan anggap Syayma manusia super ya. Nanti saya yang kena marah. Hehe.
So, what did Syayma do?
Dengan keterbatasan waktu yang dia punya (karena mendekati ujian nasional), dia merencakana sesuatu yang -mungkin- mustahil untuk dilakukan. Syayma menghafal satu juz perhari! Sekali lagi, satu juz perhari! Caranya? Dia menghafal mulai dari ba’da maghrib sampai jam setengah 12 malam, lalu dia tidur setengah jam, bangun lagi, dan menghafal sampai subuh.
Ba’da subuh dia setoran setengah juz. Di waktu dhuhur dia memuroja’ah (mengulang) hafalannya. Ba’da isya, dia setor lagi setengah juz. Jadi praktis satu hari, dia bisa setor hafalan satu juz, dengan konsekuensi, dia harus tidur setengah jam sehari!
Ini hebat, sobat muda @FsdkIndonesia.. Mengingat dia juga harus fokus dengan ujian-ujian yang akan dia hadapi. Belum lagi, dia juga harus bertarung untuk memperebutkan satu kursi di perguruan tinggi negeri.
Bagaimana dia bisa seyakin itu untuk memilih menyelesaikan hafalannya daripada berfokus kepada ujian seperti kebanyakan orang?
Kata dia “aku yakin Allah nggak akan menyia-nyiakan semua ini, mas. Dan alhamdulillah, dengan segala kekuasaan yang Dia miliki, setelah masa perjuangan itu selesai dan setifikat hafidzah itu aku pegang, Allah mengistirahatkanku dengan menempatkan aku di Fakultas Kedokteran UNS melalui jalur SNMPTN Undangan”
Hebat ya, sobat muda @FsdkIndonesia.. Ini bocah emang bener-bener keren.
Sekarang mari berbincang tentang bagaimana Syayma mengatur waktunya.
Dengan segala kesibukan di kedokteran, bagaimana Syayma mengatur produktivitas waktunya? (Sekedar informasi, waktu jaman saya masih jadi mahasiswa dulu, beberapa kali kita anak-anak FK ini berangkat ke kampus sebelum jam 5 pagi. Jadi waktu yang lain berangkat ke masjid pakai sarung, kita berangkat ke kampus dengan pakaian lengkap dari kemeja tanpa dasi sampai kaos kaki. Hehe).
Saat ditanya tentang bagaimana dia mengatur waktu, mengingat dia juga adalah Wakil Ketua Umum sebuah UKM tingakt univ (UKM Ilmu Qur’an), Syayma mengatakan “Kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia. Jadi kita harus menutup keran-keran yang bocor dari waktu-waktu yang terbuang itu. Kalo selama ini aku mengaturnya dengan mengurangi waktu tidur aku. Biasanya aku tidur jam 11, dan bangun jam 1 atau 2. Nah kuncinya harus seneng ngelakuin semua yang kita lakuin. Kan hidup cuman sekali, kalo sesuatu yang kita lakuin terpaksa, ya rugi banget hidupnya. Nah tapi kalo kita kita menikmati perjuangan kita, capek yang seharusnya kita terima pun menjadi tidak terasa.”
Dia kemudian menambahkan sedikit cerita inspiratif. Jadi, Syayma ini kenal dengan seorang dosen dari FMIPA UNS. Beliau adalah doktor yang lulus dengan predikat cumlaude, menjadi ketua salah satu lembaga sosial terbesar di Solo, dan mempunyai kesibukan yang benar-benar padat luar biasa. Beliau belum menjadi seorang hafidz, tapi beliu pernah mengatakan hal ini ke Syayma “ Mbak Syayma tolong doain saya ya, sampai hari ini masih berusaha menjadi seorang hafidz qur’an, saya setiap hari menghafal satu ayat.”
Pesan dari Syayma adalah “Jadi, kita yang cuman jadi mahasiswa doang, belom ada tanggung jawab keluarga, masih muda, harusnya ngga ada alasan buat kita ngga ngehafal qur’an. Jadi sekarang ataupun nanti, kita harus tetap berusaha menjadi peghafal Al-Qur’an”.
Ckckck.. Hebat yak!
Menjadi juragan kerudung

Titik awal dari torehan Syayma yang satu ini terjadi saat ummi-nya terkena stroke. Dia melihat betapa sang Abi harus mengeluarkan banyak uang biaya pengobatan. Maka saat itu juga, dia mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa: Nggak boleh lagi ngrepotin Abi!Walau sebenarnya, Syayma ini bukan berasal dari keluarga yang tidak mampu. Kakak kandungya saja, Mas Marwan Hadid, beliau adalah CEO Sop Durian yang kini memiliki ratusan outlet di seluruh indonesia. Omsetnya? Miliaran! Jadi, Syayma ini adalah adik seorang miliarder. Ayah Syayma? Beliau seorang anggota dewan!
Ketika saya tanya, alasan apa lagi yang membuat dia tergerak menjadi seorang entrepreneur, kata dia “Hm.. selain karena kebutuhan pengobatan Ummi, aku sering lihat tumpukan proposal permintaan bantuan di meja nya Abi. Nah daripada duitnya Abi buat aku, mending buat dikasih ke orang-orang yang ngajuin proposal-proposal itu aja.”
Maka setelah itu, dia memutuskan menjadi juragan kerudung (merek kerudungnya “Afra”, Red. Tapi ini sensor ya. Di situs resmi tidak boleh ada iklan. Hehe.). Syayma ini menjadi reseller di surakarta. Ketika ditanya mengapa memilih kerudung, sebuah jawaban cerdas mengalir dari mulutnya “Karena kerudung itu kebutuhan primer setiap muslimah, Mas.”
Dengan bisnis yang dikelolanya saat ini, Syayma bisa memperoleh omzet hingga 15-20 juta per bulan. Hebatnya lagi, infaq yang dia keluarkan per bulan menembus angka 3 juta! Bayangkan, untuk ukuran mahasiswi semester enam, bukankah itu jumlah yang luar biasa?
Jadi bagian dari Beasiswa Aktivis Nusantara!
Sebelum bercerita tentang Syayma, sedikit saya ceritakan tentang Beasiswa Aktivis Nusantara, atau kami biasa menyebutnya BAKTINUSA. Ini adalah porogram dari divisi pendidikan Dompet Dhuafa yang memberikan beasiswa kepada 7 kampus (UI, UNS, ITB, UNPAD, UGM, UNSRI, IPB). Dimana dengan seleksi yang sangat-sangat ketat, dipilih beberapa aktivis dari kampus masing-masing untuk mendapat beasiswa selama dua tahun. Meliputi uang bulanan 800 ribu perbulan selama satu tahun, pendampingan karier pasca kampus, proyek sosial, training value, temu nasional, dan sekian banyak program lainnya. Beasiswa ini merupakan salah satu beasiswa paling bergengsi di kalangan mahasiswa diantara beberapa beasiswa lainnya.
Dan sekali lagi, Syayma membutikan kapasitasnya dengan menjadi salah satu diantara para penerima manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara. Saat ditanya bagaimana proses seleksi dan persiapannya, dia mengatakan bahwa awalnya dia minder, tapi kemudian dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa setiap orang pasti punya potensi dan keunikan yang bisa membuat orang lain tertarik dengannya. Nah, potensi dan keunikan itu yang harus dimaksimalkan dan kita buktikan kepada dunia bahwa kita memang istimewa sejak dari awalnya!
Mungkin tulisan ini tidak bisa mewakili semua pencapaian dan sepak terjang seorang Syayma, namun semoga saja tulisan kecil ini bisa memberikan kita inspirasi dan meneguhkan kedudukan kita bahwa sampai kapanpun, orang-orang yang dekat dengan Allah itu adalah manusia terbaik yang siap menjadi permata untuk zamannya. Maka sudah seharusnya, para Aktivis Dakwah Kampus itu menjadi permata yang menghiasi zamannya. Karena itulah takdir milik kita yang harus kita songsong bersama-sama!
Terkahir, ada pesan nih dari seorang Syayma buat kita-kita…
“Hidup kita cuman sekali, kalo misalkan segala inspirasi yang kita hasilkan itu tidak menjadi bagian dari ketaatan kita kepada Allah, itu percuma. Kan perintah kita hidup di dunia ini untuk bertaqwa dan beribadah pada Allah. Pemuda itu ibarat matahari tepat jam 12, paling kuat sinarnya. Maka berikan sinar itu untuk saudaramu, tapi kamu juga harus memastikan bahwa kamu tetap kokoh. Tetap dekat dengan Allah dan tetaplah menjadi inspirasi untuk kebaikan
sumber: http://fsldkindonesia.org/syayma-sebuah-mahkota-untuk-oran…/

Selasa, 21 Juli 2015

Keutamaan Puasa Syawal

Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dgn (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun . (Hadis Riwayat: Muslim).
Imam Ahmad & An-Nasa’i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi shallallahu ‘alaihi wasalllam bersabda:
“Puasa Ramadhan (ganjarannya) sebanding dgn (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dgn (puasa) 2 bulan, maka itulah bagaikan berpuasa selama setahun penuh.” ( Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah & Ibnu Hibban dalam “Shahih” mereka.)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa berpuasa Ramadham lantas disambung dgn enam hari di bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun. ” (Hadis Riwayat: Al-Bazzar) (Al Mundziri berkata: “Salah satu sanad yg befiau miliki adl shahih.”)
Pahala puasa Ramadhan yg dilanjutkan dgn puasa enam hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa satu tahun penuh, karena setiap hasanah (tebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya, sebagaimana telah disinggung dalam hadits Tsauban di muka.
Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki byk manfaat, di antaranya :
  1. Puasa enam hari di buian Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap & penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.
  2. Puasa Syawal & Sya’ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sbg penyempurna dari kekurangan, karena pd hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dgn perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yg datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yg dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan & ketidak sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yg menutupi & menyempurnakannya.
  3. Membiasakan   puasa   setelah   Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan, karena apabila Allah Ta’ala menerima amal seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan: “Pahala’amal kebaikan adl kebaikan yg ada sesudahnya.” Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dgn kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama.Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan sesuatu kebaikan lalu diikuti dgn yg buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yg pertama.
  4. Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di muka- dpt mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lain. Orang yg berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pd hari Raya’ldul Fitri yg merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah ‘Idul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tdk ada nikmat yg lbh agung dari pengampunan dosa-dosa.Oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba atas pertolongan & ampunan yg telah dianugerahkan kepadanya adl dgn berpuasa setelah Ramadhan. Tetapi jika ia malah menggantinya dgn perbuatan maksiat maka ia termasuk kelompok orang yg membalas kenikmatan dgn kekufuran. Apabila ia berniat pd saat melakukan puasa utk kembali melakukan maksiat lagi, maka puasanya tdk akan terkabul, ia bagaikan orang yg membangun sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya kembali. Allah Ta’ala berfirman:
    “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yg menguraikan benangnya yg sudah dipintal dgn kuat menjadi cerai berai kembali “(An-Nahl: 92)
  5. Dan di antara manfaat puasa enam hari bulan Syawal adl amal-amal yang  dikerjakan seorang hamba utk mendekatkan diri kpd Tuhannya pd bulan Ramadhan tdk terputus dgn berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih hidup.Orang yg setelah Ramadhan berpuasa bagaikan orang yg cepat-cepat kembali dari pelariannya, yakni orang yg baru lari dari peperangan fi sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tdk sedikit manusia yg berbahagia dgn berlalunya Ramadhan sebab mereka merasa berat, jenuh & lama berpuasa Ramadhan.
    Barangsiapa merasa demikian maka sulit baginya utk bersegera kembali melaksanakan puasa, padahal orang yg bersegera kembali melaksanakan puasa setelah ‘Idul Fitri merupakan bukti kecintaannya terhadap ibadahpuasa, ia tdk merasa bosam & berat apalagi benci.
    Seorang Ulama salaf ditanya tentang kaum yg bersungguh-sungguh dalam ibadahnya pd bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan berlalu mereka tdk bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar:
    “Seburuk-buruk kaum adl yg tdk mengenal Allah secara benar kecuali di bulan Ramadhan saja, padahal orang shalih adl yg beribadah dgn sungguh-sunggguh di sepanjang tahun.”
    Oleh karena itu sebaiknya orang yg memiliki hutang puasa Ramadhan memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu mempercepat proses pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian dilanjutkan dgn enam hari puasa Syawal, dgn demikian ia telah melakukan puasa Ramadhan & mengikutinya dgn enam hari di bulan Syawal.
    Ketahuilah, amal perbuatan seorang mukmin itu tdk ada batasnya hingga maut menjemputnya. Allah Ta’ala berfirman :
    “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yg diyakini (ajal) ” (Al-Hijr: 99)
    Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat & puasa sunnah serta sedekah yang  dipergunakan seorang hamba utk mendekatkan diri kpd Allah Ta’ala pd bulan Ramadhan adl disyari’atkan sepanjang tahun, karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat, di antaranya; ia sbg pelengkap dari kekurangan yg terdapat pd fardhu, merupakan salah satu faktor yg mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kpd hamba-Nya, sebab terkabulnya doa, demikian pula sbg sebab dihapusnya dosa & dilipatgandakannya pahala kebaikan & ditinggikannya kedudukan.
    Hanya kpd Allah tempat memohon pertolongan, shalawat & salam semoga tercurahkan selalu ke haribaan Nabi, segenap keluarga & sahabatnya.
Sumber : http://www.mozaikislam.com/138/keutamaan-puasa-6-hari-di-bulan-syawal.htm